Selasa, 27 Juli 2010

Mengapa Non Fiksi?

Saya suka menulis baik fiksi maupun non fiksi. Tapi sejauh ini, karir penulisan fiksi saya adalah nol. Saya mengikuti situs yang menerbitkan karya fiksi. Tapi sejauh ini, saya belum mendapat kepuasan. Saya masih membutuhkan suntikan, tamparan, kritikan dan hujatan agar tulisan-tulisan saya dalam bidang fiksi menjadi lebih berbobot. Intinya: Khusus fiksi, saya masih mentah dan butuh guru. Saat ini, mencari guru sedang saya perjuangkan.

Berbeda dengan fiksi, non fiksi ternyata memberi saya ruang yang lebih luas. Ada beberapa alasan mengapa tulisan saya dalam bidang non fiksi lebih mudah diterbitkan dibandingkan tulisan fiksi saya:

1. Tema yang sangat spesifik.
Saat ini, saya menulis non fiksi jenis how to. Buku jenis ini memang lagi tren sehingga disukai penerbit. Tema how to biasanya sangat praktis. Contoh judul how to:
- Panduan membuat bla bla bla
- Cara cepat belajar bla bla bla
- 30 hari mahir bla bla bla
Bla bla bla bisa kita isi dengan blog, excel, word, masakan jawa, masakan serba pedas, adobe, memelihara lele, memasak dalam 30 menit dan seterusnya...
2. Saingan tidak terlalu banyak
Secara teori, novel bisa dibuat oleh anak SD hingga aki-aki berumur 70 tahun. Penerbit Mizan mempunyai divisi Kecil Kecil Punya Karya dimana adik-adik kecil kita sudah pinter bikin novel dan diterbitkan.
Karya non fiksi mempunyai jumlah saingan yang lebih sedikit

Saya menulis tentang Hukum Tenaga Kerja.

Saingan saya adalah dosen hukum, praktisi tenaga kerja, HRD perusahaan, buruh yang aktif di LSM dan paham hukum perburuhan. Cukup banyak memang, tapi jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pembuat novel

3. Jumlah penulis non fiksi masih sedikit

Alasan ini sebenarnya masih berkaitan dengan alasan nomor 2. Banyak penerbit yang mencari naskah non fiksi. Mengapa? Sebab jumlah naskah fiksi sangat banyak, sedangkan naskah non-fiksi tidak begitu banyak. Mengapa naskah non fiksi sangat sedikit?

Saya memberi gambaran tentang buku saya. Di kampus saya, orang yang paham tentang hukum tenaga kerja sangat banyak.

Taruhlah 300 orang baik dosen maupun mahasiswa (baik S1, S2 maupun S3). Diantara 300 orang, yang benar-benar tertarik dengan tema tenaga kerja mungkin saja 50%. Berarti tinggal 150 saingan.

Diantara 150 saingan, yang hobi menulis 50%. Berarti saingan kita tinggal 75 orang.

Diantara 75 orang, yang benar-benar minat dalam dunia tulis menulis adalah 50%, berarti saingan kita tinggal 36 orang.

Diantara 36 orang, yang pernah menulis suatu naskah non fiksi tentang tenaga kerja ada 50%, berarti saingan tinggal 18.

Diantara 18 orang, yang naskahnya benar-benar jadi ada 50%, sehingga saingan kita tinggal 9 orang.

Dan dari 9 orang itu, siapakah yang berpikir untuk mengirim naskahnya ke penerbit?

Mungkin hanya ada 1 atau 2 orang. Dan kebetulan orang itu adalah saya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar